Quarter Life Crisis Bukan Akhir, Tapi Awal Jalan Baru!

Bangun tidur, ada yang merasa tiba-tiba merasa kosong. Bukan karena belum sarapan sih. Tapi lebih karena bingung aja gitu. ”Aku tuh hidup ngapain sih sebenarnya?”

Ada yang familiar nggak sih sama ilustrasi itu? Tenang, Besti. Kalian nggak sendirian kok.

Di usia 20-an, banyak kok dari kita yang mulai mempertanyakan semuanya, dari pekerjaan, tujuan hidup, sampai urusan hati. Rasanya kayak lagi main game, tapi lupa misi utamanya apa. Iya nggak?

Yup, selamat datang di dunia yang kusebut sebagai quarter life crisis. Ini tuh salah satu fase kehidupan yang bikin banyak anak muda merasa tersesat.

Daftar Isi

Apa Itu Quarter Life Crisis?

Aku tahu sih bagi sebagian orang, hal ini memang bukan hal yang asing. Tapi, biar penjelasannya lebih runut, aku mau mulai dengan menceritakan tentang apa sih quarter life crisis?

Quarter life crisis adalah masa krisis identitas yang biasanya muncul di usia 20 sampai awal 30-an. Ini adalah salah satu permasalahan umum usia 20-an yang sering diabaikan. Bukan cuma soal kerjaan, tapi juga bisa soal hubungan, keuangan, atau bahkan kepercayaan diri.

Terus, apa gejalanya? Mulai dari overthinking, merasa tertinggal dari teman-teman, galau tiap hari Minggu malam, sampai scroll lowongan kerja sambil nanya ke diri sendiri begini, “Aku cocoknya kerja apa sih?”

Nggak aneh kemudian kalau banyak banget pencarian tentang “bingung mau kerja apa setelah kuliah” atau “cara menemukan passion” berakar dari fase ini. Tapi kabar baiknya adalah hal ini tuh wajar. Sangat wajar.

Kenapa Quarter Life Crisis Itu Wajar?

quarter life crisis adalah wajar
quarter life crisis adalah wajar

Soalnya, usia 20-an itu masa transisi. Kita udah nggak remaja lagi, tapi juga belum merasa cukup dewasa. Harus mandiri, tapi masih belajar. Harus produktif, tapi belum tahu arah.

Baca juga:  7 Tanda Kita Butuh Cuti

Tambah lagi tekanan sosial dari media sosial. Lihat teman liburan ke Eropa, langsung mikir, “Aku aja belum bisa nabung buat ganti HP.” Lihat orang lain sukses, kita malah makin merasa gagal. Padahal yang kita lihat itu cuma highlight, bukan realita sehari-hari.

Kalau kalian pernah googling “kenapa aku merasa gagal di usia 25”, kalian nggak sendirian, Bestie. Ini memang bagian dari perjalanan.

Belok Arah Itu Nggak Sama Dengan Gagal

Kalau dulu kalian pengin jadi arsitek. Eh, sekarang malah suka bikin konten tentang skincare. Dulunya kuliah di jurusan akutansi. Lha kok sekarang pengin buka coffee shop.

Menurutku pribadi, belok arah dari tujuan awal bukan hal yang perlu kita permasalahkan.

Kadang, belok arah justru bikin kita nemuin jati diri. Banyak kok orang sukses yang justru nemu jalannya setelah salah jurusan, salah kerjaan, atau salah pacaran (eh).

Ingat ya! Yang penting tuh bukan tentang bertahan di satu jalan. Tapi berani bilang, “Kayaknya ini bukan untukku. Aku mau coba yang lain ah.”

Ini bisa jadi langkah awal dari self discovery journey yang sering jadi keyword pencarian anak muda zaman sekarang.

Awal Jalan Baru: Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapi Quarter Life Crisis?

Aku paham kalau mengalami quarter life crisis, kalian mungkin akan mengalami masa bimbang, mempertanyakan arah hidup, dan mungkin sedikit drama overthinking setiap malam.

Jangan diam saja ya, Bestie! Kalian juga kudu bergerak. Soalnya, quarter life crisis bukan cuma tentang kebingungan, tapi juga kesempatan buat mulai ulang. Semacam riset gitu deh. Kembali ke pengaturan awal dengan lebih sadar, lebih kenal diri, dan lebih siap.

Baca juga:  Jenis-jenis Cuti Buat Para Pekerja yang Perlu Kita Tahu

Berikut ini beberapa langkah konkret yang bisa kalian lakukan untuk memulai self discovery journey dan membangun arah baru yang lebih sesuai dengan diri kalian, antara lain:

1. Kenali Diri Sendiri

kenali diri sendiri
kenali diri sendiri

Mulailah dengan refleksi! Kenali diri kalian sendiri! Kalian bisa menulis jurnal harian, luangkan waktu untuk berpikir jujur tentang apa yang membuat kalian bahagia, dan apa yang membuat kalian merasa tertekan.

Banyak lho orang yang mencari “cara mengenal potensi diri” atau “bagaimana menemukan passion”. Ajaibnya tuh jawabannya seringkali muncul setelah kalian benar-benar mendengar suara hati sendiri.

2. Kurangi Perbandingan

Scrolling media sosial bisa jadi racun kalau kalian terus membandingkan diri dengan highlight hidup orang lain.

Ingat! Kalian tuh sedang berjalan di jalur yang beda. Cari deh cara untuk membangun self confidence dan kurangi konsumsi konten yang bikin kalian insecure.

Kalian selalu bisa mulai dengan membatasi waktu di media sosial atau kurasi akun yang mau kalian ikuti.

3. Coba Hal Baru

Beberapa orang tuh nggak akan tahu kalau dia suka atau bisa melakukan sesuatu sampai dia mencobanya. Entah itu ikut kelas desain, belajar digital marketing, atau nyoba kerja part-time di bidang baru.

Menariknya adalah banyak yang menemukan arah hidupnya dari kata kunci pencarian seperti “rekomendasi skill yang dibutuhkan di masa depan” atau “cara mulai karier dari nol”.

4. Fokus ke Proses, Bukan Hasil Instan

fokus ke proses bukan hasil instan
fokus ke proses bukan hasil instan

Siapa sih yang nggak suka sama hasil yang instan. Usahanya sekarang terus bisa kita rasakan hasilnya besok.

Tapi, Best. Jangan buru-buru pengin sukses! Semua butuh waktu. Butuh proses. Yang penting tuh kalian harus konsisten dan terbuka terhadap perubahan!

Baca juga:  Intip 5 Buku dari Minalima yang Ciamik untuk Kita Koleksi

Fokus saja pada pertumbuhan dan pencapaian kecil! Kata kunci seperti “tips pengembangan diri jangka panjang” bisa jadi inspirasi tambahan untuk kalian lho.

Langkah-langkah ini bukan rumus instan, tapi bisa jadi pijakan awal menuju versi terbaik diri kalian. Pelan-pelan aja, tapi teruslah melangkah! Istirahat boleh kok kalau capek. Tapi, jangan menyerah!

Dari Krisis Menjadi Titik Balik

Quarter life crisis itu bukan kutukan. Justru bisa jadi titik balik. Titik di mana kalian berhenti mengejar ekspektasi orang, dan mulai menyusun hidup berdasarkan apa yang kalian butuhkan.

Hidup bukan lomba cepat-cepat sampai kok. Tapi, perjalanan buat nemuin siapa diri kalian sebenarnya. Dan kalau hari ini kalian merasa bingung, nggak apa-apa banget. Itu tandanya kalian sedang tumbuh.

Pelan-pelan aja! Karena setiap langkah, sekecil apa pun, tetap berarti.

Dan jangan lupa! Kalian tuh nggak sendirian menghadapi quarter life crisis. Banyak yang sedang menjalani fase yang sama. Jadi, yuk saling menguatkan!

6 pemikiran pada “Quarter Life Crisis Bukan Akhir, Tapi Awal Jalan Baru!”

  1. Belok arah itu bukan maksudnya malah nganeh-nganeh ya, tetapi lebih ke arah yang sekiranya lebih oke. Wajar sih bila ada krisis seperti itu dalam diri, tetapi perlu cepet juga mengatur diri agar nggak berlarut² dalam keadaan yang gak asik

    Balas
  2. masa seperti itu pernah saya alami dan saya ingat betul waktu temanteman satu angkatan sedang pada wisuda eh saya lagi ngosek wc di luar negeri, sempat bertanya kok nasib seperti ini? tapi kembali ke rasa syukur dan melihat diri, mungkin jalan saya emang sudah harus seperti ini… mau gimana lagi selain menjalaninya

    Balas
  3. Nah iya…setuju dengan tipsnya. Quarter life crisis adalah fase normal yang dialami banyak orang di usia 20-an, ditandai dengan perasaan cemas, kebingungan, dan ketidakpastian tentang masa depan. Maka, penting untuk mengenali penyebabnya, mencari dukungan, fokus pada pengembangan diri, mencoba hal baru, dan menetapkan tujuan yang realistis.
    Kalau aku sih sekarang dah ada di fase mid life crisis hihi…lebih kompleks lagi, hiks

    Balas
  4. Umur 20-30an saya sedang sibuk-sibuknya kuliah sambil bekerja

    kalaupun terbersit pertanyaan, kok saya belum punya calon suami ya?
    Karena banyak teman yang menikah pada usia 25 tahun, sesuai rencananya

    Dan saya sesali kemudian, harusnya dibiarkan mengalir saja
    Jangan maksain diri

    Balas
  5. Saya ngalami saat mau kuliah/lulus SMA. Saat itu Ayah (alm) pensiun. Jadi hanya ada sisa dana yang sangat terbatas. Kuliah harus ngebut dan harus cepat cari kerja. Saat sudah dapat kerja juga harus mengurus keluarga (jadi generasi sandwich) hingga bertahun-tahun. Dari penghasilan ratusan ribu hingga bisa jutaan rupiah. Tapi 3/4 dana harus tercurah ke urusan keluarga. Karena ini juga jadi telat menikah. Susah nabung apalagi saat di 5 tahun pertama bekerja.

    Tapi alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Fokus aja pada keinginan baik. Berdoa dan berusaha menjejak karir. Langkah per langkah, satu persatu. Yang penting istiqamah dengan tujuan hidup. Mengisi diri agar menjadi lebih baik dan tak lupa ibadah, mendekatkan diri pada-Nya.

    Balas
  6. Masa-masa sering mempertanyakan buat apa sih hidup, pernah juga saya alami mbak.
    Dan bener, jangan membandingkan pencapaian diri dengan orang lain, karena setiap orang punya langkah, jalan dan fase yang berbeda

    Balas

Tinggalkan komentar